Dunia olahraga
memerlukan kejujuran dan keterbukaan. Olahraga itu sendiri sesungguhnya
berfungsi membangun sifat jujur dan terbuka, serta berbagai karakter positif
lainnya. Karena itu, pembahasan olahraga perlu dilakukan secara terbuka tanpa
menyalahkan siapa-siapa, termasuk menerima kritikan secara jujur guna melakukan
perbaikan. Begitulah agaknya yang mendorong kita untuk mengula SEA Games Kuala
Lumpur 2017. Posisi Indonesia hanya berada di peringkat 5 dari 11 peserta. Sejak
awal SEA Games (1991) dimulai, pada umumnya Indonesia menduduki posisi juara
umum.
Keadaan ini mestinya
membawa perenungan yang dalam bagi kita semua. Menilai secara jujur tentang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan jujur pula untuk
dapat memperbaiki keadaan. Sesungguhnya kehidupan berolahraga di tanah air
terasa amat menurun. Cobalah kita amati, termasuk di kampung-kampung, di
lingkungan perguruan tinggi, maupun sekolah-sekolah. Di kelompok masyarakat
tertentu terlihat kegairahan, tapi pada kesempatan lain menurun lagi.
Masyarakat kita memang suka hangat-hangat sesaat. Apalagi kegiatan olahraga
seperti yang dulu terlihat di akhir minggu atau dikala hari libur. Katakanlah
misalnya, senam pagi atau senam jantung sehat.
Kegiatan olahraga itu
sejalan dengan kemajuan negaranya. Olahraga memang menjadi tolok ukur prestasi
seseorang dan sebuah bangsa. Perolehan medali olahraga sejalan dengan kemajuan
negaranya. Tentu saja tolok ukur prestasi olahraga di lingkungan masyarakat
yang sehat jasmani dan rohani. Sudah diakui dan sudah teruji bahwa olahraga
memberi manfaat yang luas. Tubuh yang sehat akan menyebabkan gairaah kerja
meningkat, serta akan membangun disiplin. Dengan berolahraga akan bisa
membangun kesadaran serta pengendalian diri. Dampak olahraga tidak hanya ke
tubuh, tetapi juga jiwa yang sehat.
Olahraga akan membangun
jiwa sesuai dengan ajaran agama, yakni jujur, sportif, dan tidak suka menipu
maupun berbohong. Melalui olahraga akan terbangun transparansi atau
keterbukaan. Seseorang yang memahami prinsip-prinsip olahraga tidak akan
mungkin mau menang sendiri, tapi juga tidak merasa terpuruk jika kebetulan
mengalami kegagalan. Jauh lebih luas lagi, olahraga menjadi tolok ukur
keberhasilan. Tidak mengherankan bila UU No 3 Tahun 2005 memberi pesan yang
amat luas tentang olahragabahwa keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta kebugaran.
Prestasi, kualitas
manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat, membina persatuan dan kesatuan bangsa. Melihat ini, semua komponen
bangsa agaknya perlu sadar. Sifat menyalahkan orang lain menjadi musuh utama
sifat sportivitas itu. Olahraga, masyarakat, dan prestasi merupakan kerja
bersama. Kesadaran inilah yang akan mengajak untuk secepatnya memperbaikinya.
Tentu melalui langkah-langkah yang sistematis. Dengan begitu, perlu kembali
gerakan memasyarakatkan olahraga baik di lingkungan usia muda maupun para
pensiunan. Perlu kembali menggalakan kegiatan olahraga di masyarakat. Bersamaan
dengan itu, diselenggarakan pertandingan olahraga secara berjenjang, sejak di
sekolah sampai perguruan tinggi
Written By : Aldo
Putra Perdana